Nyeri Setelah Melahirkan, Penyebab dan Cara Mengatasinya. Melahirkan adalah pengalaman besar yang memberi perubahan drastis pada tubuh. Setelah bayi lahir, tubuh ibu mulai menghadapi berbagai proses pemulihan.
Walau bahagia, sebagian besar ibu juga merasakan nyeri atau ketidaknyamanan di berbagai area tubuh. Nyeri ini bisa berkisar dari ringan hingga cukup mengganggu aktivitas dan emosi.
Memahami penyebab nyeri dan cara mengatasinya penting agar pemulihan berjalan lebih lancar, lebih cepat, dan dengan risiko komplikasi yang lebih kecil.

Apa yang Dimaksud dengan “Nyeri Setelah Melahirkan”
Istilah “nyeri setelah melahirkan” mencakup berbagai jenis ketidaknyamanan fisik yang muncul setelah persalinan—baik persalinan normal (vaginal) maupun operasi Caesar. Ini bisa berupa nyeri di perineum, cedera jahitan/robekan, kram rahim, engorgement payudara, nyeri pinggang/punggung, ketidaknyamanan pada saluran kemih atau usus, serta ketegangan otot atau sendi akibat perubahan posisi, hormon, dan beban tubuh. Waktu muncul dan lamanya nyeri berbeda‑beda tergantung jenis persalinan, kondisi ibu, dan bagaimana perawatan setelah persalinan dilakukan.
Baca juga: Proses Pemulihan Setelah Operasi Caesar: Tips dan Pantangan
Penyebab Nyeri Setelah Melahirkan
Berikut beberapa penyebab utama nyeri pasca melahirkan, lengkap dengan rincian:
- Perineum: Jahitan, Robekan, Episiotomi
- Saat bayi lahir vaginal, jaringan perineum (area antara vagina dan anus) bisa meregang, robek (tear), atau dokter membuat episiotomi (sayatan untuk memperlebar jalan lahir). Jahitan untuk menutup robekan atau episiotomi dapat menimbulkan nyeri, pembengkakan, dan memar.
- Lokasi jahitan bisa ditegangkan saat duduk, berjalan, berdiri, atau buang air besar. Gerakan atau gesekan bisa memperburuk rasa nyeri.
- Afterpains / Kontraksi Uterus Setelah Persalinan
- Setelah bayi lahir, rahim harus kembali ke ukuran semula melalui proses involusi. Kontraksi rahim untuk mengecilkan pembuluh darah rahim dan mencegah perdarahan disebut afterpains. Rasa kram seperti menstruasi, biasanya terasa lebih saat menyusui karena hormon oksitosin dilepas.
- Afterpains biasanya terasa dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan vaginal. Pada wanita yang sudah pernah melahirkan, rasa afterpains bisa terasa lebih kuat dibanding pertama kali.
- Nyeri Payudara dan Engorgement
- Setelah melahirkan, payudara mulai memproduksi ASI (kolostrum dulu, lalu ASI matur). Produksi susu dan aliran darah yang meningkat bisa membuat payudara menjadi bengkak, penuh, keras, dan nyeri. Kondisi ini disebut breast engorgement.
- Jika posisi bayi saat menyusui atau cara menyusui tidak tepat, puting rawan lecet atau terluka, juga rasa sakit.
- Nyeri di Lutut, Punggung, Sendi, Leher
- Kehamilan memberi perubahan struktural pada tubuh: pergeseran berat badan, perubahan postur, relaksasi ligamen akibat hormon (relaksin) yang memudahkan persalinan tapi juga membuat sendi dan otot lebih “longgar”. Setelah melahirkan, otot-otot panggul, punggung bawah, dan leher seringkali lemah atau tegang.
- Posisi menyusui yang tidak ergonomis, sering membungkuk atau memegang bayi dalam posisi salah dapat memperburuk nyeri punggung dan leher.
- Konstipasi dan Nyeri Usus / Pergerakan Buang Air Besar
- Setelah persalinan, banyak ibu mengalami konstipasi karena faktor‑fisik (jahitan perineum menyakitkan, takut mengejan), kurang cairan, efek obat nyeri, dan kurang makan serat. Buang air besar menjadi sulit dan menyakitkan.
- Hemoroid sering menyertai persalinan vaginal dan menyebabkan nyeri saat buang air besar atau duduk.
- Nyeri Urin/Saluran Kemih
- Kencing setelah persalinan bisa terasa sakit atau terbakar, terutama jika ada pembengkakan atau luka perineum dekat uretra, atau jika saat persalinan ada penggunaan kateter.
- Terkadang infeksi saluran kemih bisa terjadi, yang menyebabkan nyeri hebat, demam, dan perlu diobati.
- Nyeri Setelah Operasi Caesar (Incision Pain, Luka Jahitan, Gerakan)
- Bagi yang menjalani operasi Caesar, nyeri tambahan muncul dari luka sayatan perut dan jaringan di dalam: otot perut, dinding rahim. Rasa sakit meningkat saat bergerak, batuk, bersin, atau berdiri.
- Proses penyembuhan lebih lama dibanding persalinan vaginal dalam hal luka dan mobilitas.
- Faktor Hormonal dan Psikologis
- Perubahan hormon pascapersalinan (penurunan estrogen dan progesteron), kurang tidur, stres, kelelahan fisik dapat memperburuk persepsi nyeri.
- Kondisi psikologis seperti baby blues atau depresi postpartum juga bisa membuat rasa sakit fisik dirasakan lebih intens atau membuat ibu kurang toleran terhadap ketidaknyamanan.

Cara Mengatasi Nyeri Setelah Melahirkan
Berikut langkah-langkah praktis dan medis yang bisa membantu meredakan atau mengelola nyeri setelah melahirkan, dengan pendekatan yang aman dan efektif:
- Perawatan Luka, Jahitan, dan Area Perineum
- Gunakan ice pack atau kompres dingin di area perineum dalam 24‑72 jam pertama setelah persalinan vaginal untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
- Setelah itu, mandi sitz atau rendaman hangat di area perineum bisa sangat membantu untuk meningkatkan sirkulasi dan mempercepat penyembuhan.
- Gunakan peri‑bottle (botol semprot) dengan air hangat saat buang air kecil atau besar untuk menyiram area perineum, agar tidak perlu menggesek dengan tisu yang bisa menyakitkan.
- Gunakan pembalut yang lembut, ganti dengan sering agar area tetap bersih dan menghindari infeksi. Hindari pakaian yang terlalu ketat di sekitar panggul/perut.
- Manajemen Nyeri dengan Obat
- Obat pereda nyeri over‑the‑counter seperti acetaminophen (parasetamol) dan NSAIDs (misalnya ibuprofen) adalah lini pertama yang direkomendasikan, termasuk bagi ibu menyusui, karena risiko terhadap bayi relatif rendah.
- Jika nyeri lebih hebat dan tidak terkontrol, dokter bisa meresepkan obat yang lebih kuat (opioid) untuk jangka pendek, sambil tetap dikombinasikan dengan perawatan non‑farmakologi.
- Pastikan mengikuti dosis yang disarankan dan pertimbangkan efek samping: konstipasi, kantuk, interaksi dengan obat lainnya.
- Terapi Non‑Medis & Perawatan Fisik
- Gunakan bantal saat duduk atau bantal berbentuk cincin/doughnut untuk meredakan tekanan pada area jahitan atau perineum.
- Kompres hangat di area perut untuk afterpains/kram rahim. Kompres dingin bisa digunakan di area pembengkakan.
- Duduk dalam bak mandi kecil (warm sitz bath) beberapa kali sehari untuk mengurangi ketegangan dan rasa terbakar.
- Aktivitas Fisik Ringan & Mobilitas Dini
- Bergerak ringan sedini mungkin — misalnya berjalan‑jalan di kamar atau di dalam rumah — untuk membantu memperlancar peredaran darah, mengurangi risiko bekuan darah (DVT), dan mempercepat pemulihan.
- Hindari berdiri lama di satu posisi, mengangkat beban berat, atau aktivitas yang memberikan tekanan kuat pada otot perineum atau perut sampai dokter menyetujui.
- Diet & Cairan
- Cukup minum air putih untuk menghindari dehidrasi, membantu sistem tubuh bekerja dengan optimal.
- Asupan makanan kaya serat untuk mencegah konstipasi: sayuran, buah, biji‑bijian, kacang‑kacangan. Bila perlu dokter memberikan pelunak tinja atau suplemen serat.
- Nutrisi yang cukup juga membantu penyembuhan luka: protein, vitamin C, vitamin A, zat besi, dan mineral lainnya.
- Posisi Menyusui dan Dukungan Payudara
- Carilah posisi menyusui yang tidak memberi tekanan pada area perineum atau sayatan, terutama jika terdapat jahitan atau luka. Posisi menyusui menyamping atau posisi bola kaki (football hold) bisa membantu.
- Untuk engorgement, menyusui sering dan mengosongkan payudara secara berkala. Kompres hangat sebelum menyusui bisa membantu aliran susu, kompres dingin setelahnya untuk mengurangi pembengkakan.
- Istirahat Cukup dan Dukungan Emosional
- Tidur sebanyak mungkin — tidur siang ketika bayi tidur sangat membantu mempercepat pemulihan fisik dan menurunkan stres.
- Terima bantuan dari pasangan, keluarga, atau teman agar ibu tidak terbeban tugas rumah atau pengasuhan bayi sendirian.
- Perhatikan kesehatan mental: jika muncul mood buruk yang berkepanjangan, rasa putus asa, atau gejala depresi postpartum, jangan ragu berkonsultasi dengan profesional kesehatan.
- Kontrol dan Konsultasi Medis Rutin
- Lakukan pemeriksaan postnatal sesuai jadwal (biasanya antara 2‑3 minggu setelah melahirkan, dan pemeriksaan utama sekitar 6 minggu) agar dokter memeriksa luka, kondisi rahim, apakah infeksi, dan bagaimana pemulihan umum tubuh.
- Laporkan gejala yang tidak biasa: nyeri terus menerus yang memburuk, bau, keluarnya nanah, demam, kesulitan buang air kecil besar, atau perasaan terbakar berat. Ini bisa tanda infeksi atau komplikasi lain.
Tips Tambahan Berdasarkan Kebiasaan & Praktik Terkini
Beberapa praktik tambahan yang saat ini dianggap membantu berdasarkan penelitian dan praktik klinis yang baik:
- Pendekatan Multimodal dalam Manajemen Nyeri
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan pendekatan multimodal: menggunakan kombinasi obat‑nonobat, NSAIDs atau acetaminophen sebagai dasar, dan opioid hanya jika diperlukan dalam dosis dan durasi yang paling singkat mungkin. Ini membantu mengurangi efek samping dan risiko penggunaan obat jangka panjang. - Penggunaan “Abdominal Binder” atau Korset Pasca Melahirkan
Untuk persalinan Caesar atau area perut yang lemah, penggunaan binder perut bisa memberikan dukungan tambahan, mengurangi ketidaknyamanan di perut, dan membantu ibu merasa lebih nyaman saat bergerak. Namun jangan dipakai terlalu ketat dan perhatikan kenyamanan serta keamanan luka. - Perawatan Hemoroid dan Penggunaan Produk Alami Topikal
Hemoroid sering muncul akibat tekanan persalinan, mengejan, dan perubahan sirkulasi darah. Krim topikal, pad‑witch hazel, suppositori hydrocortisone, dan mandi sitz sangat membantu. - Fisioterapi Pangkuan / Otot Dasar Panggul (Pelvic Floor Therapy)
Setelah luka makin sembuh, terapi fisik panggul yang membantu menguatkan otot dasar panggul sangat penting, terutama jika ada inkontinensia urin atau ketidaknyamanan setelah batuk, bersin. Terapis bisa memberikan latihan yang tepat dan aman secara bertahap. - Manajemen Nyeri Disesuaikan
Karena setiap orang merasakan nyeri berbeda, penting untuk punya rencana nyeri pribadi dengan tenaga medis: seberapa kuat rasa sakitnya, kapan muncul, apa yang memperburuk atau meredakan, agar pemberian obat dan tindakan lain bisa pas.

Kapan Nyeri Setelah Melahirkan Tidak Normal & Perlu Diperiksakan Lebih Lanjut
Walau banyak nyeri setelah melahirkan adalah bagian normal dari pemulihan, berikut tanda‑tanda bahwa nyeri atau ketidaknyamanan yang dirasakan mungkin bukan sekadar bagian pemulihan dan harus segera diperiksakan:
- Nyeri yang “tajam” atau sangat hebat, terutama jika muncul mendadak, atau memburuk setelah awalnya menurun.
- Kemerahan, pembengkakan, atau keluarnya cairan berbau atau nanah dari jahitan atau luka.
- Demam tinggi atau menggigil, yang bisa menandakan infeksi.
- Pendarahan yang sangat banyak dari vagina—misalnya membasahi pembalut setiap jam atau pendarahan tidak mereda setelah fase lochia awal.
- Rasa sakit atau terbakar saat kencing yang tidak membaik atau disertai darah di urin.
- Kesulitan buang air besar dalam waktu lama, terutama jika disertai rasa sakit, atau adanya sembelit parah yang menyebabkan tekanan pada area jahitan.
- Gejala nyeri punggung atau tungkai yang mungkin menandakan bekuan darah (DVT): misalnya satu kaki membengkak, merah, nyeri, atau sesak napas mendadak.
Baca juga: Pemulihan Pasca Melahirkan Normal: Proses dan Harapan
Waktu Pemulihan & Harapan yang Realistis
- Untuk persalinan vaginal dengan robekan kecil / episiotomi ringan, nyeri perineum biasanya membaik dalam 1‑2 minggu, dengan sebagian besar rasa tidak nyaman hilang sekitar 3‑6 minggu.
- Nyeri kram rahim (afterpains) cenderung paling terasa dalam hari‑hari pertama, kemudian mengurangi intensitasnya dalam minggu‑minggu pertama.
- Engorgement payudara bisa terjadi pada hari‑hari awal menyusui dan biasanya mereda setelah ASI mulai lancar, sebagian dalam 1‑2 minggu.
- Untuk persalinan Caesar, luka operasi memerlukan waktu lebih lama: rasa nyeri pada incision bisa menetap sampai beberapa minggu, terutama saat gerak, batuk, atau posisi tubuh yang membebani perut. Biasanya dalam 4‑6 minggu banyak aktivitas mulai membaik, tapi penyembuhan jaringan dan pemulihan kekuatan otot bisa butuh beberapa bulan.
Kesimpulan
Nyeri setelah melahirkan adalah kondisi yang umum dan merupakan bagian normal dari proses pemulihan tubuh, baik setelah persalinan vaginal maupun Caesar. Penyebabnya bermacam‑macam: luka perineum, jahitan, setelah rahim berkontraksi (afterpains), engorgement payudara, perubahan hormon, efek posisi menyusui, konstipasi, dan lainnya.
Namun, dengan penanganan yang tepat—perawatan luka, manajemen nyeri, diet dan hidrasi yang baik, posisi menyusui yang benar, aktivitas ringan dan dukungan emosional—nyeri bisa dikelola agar tidak terlalu mengganggu kualitas hidup dan pengasuhan bayi.
Lebih Banyak Berita
Apa Itu Senam Hamil? Ini Manfaat dan Waktu Terbaik untuk Memulainya
Proses Pemulihan Setelah Operasi Caesar: Tips dan Pantangan
Pemulihan Pasca Melahirkan Normal: Proses dan Harapan